1. Mengerti kaedah-kaedah ilmu tafsir, diantara caranya yang paling praktis:
1.1 Pahami Mabahits Ulumil Qur’an karya Manna’ Qahan, atau At-Tibyan fi Ulumil Qur’an karya Muhi Ali Ash-Shabuni. Kedua buku ini termasuk yang paling ringkas dan mudah. Karya dalam bahasa Indonesia bisa dibaca Sejarah dan Pengantar Ilmu Tafsir karya Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash-Shidiqi
2. Lalu tingkatan pemahaman dengan membaca,
2.1 Al-Itqom fi Ulumil Qur’an karya As-Suyuthi, atau
2.2 Manahilul Irfan fi Ulumil Qur’an karya Muhammad Abdul Azhim Az-Zarqani.
Dua buku ini biasanya untuk spesialisasi tafsir (S2, S3, dosen)
3. Sebenarnya memahami buku-buku dalam no. 1 di atas sudah cukup untuk bisa memahami dan mengkaji langsung buku-buku tafsir. Hanya saja kita juga harus mengenal karakteristik, kelebihan dan kekurangan masing-masing buku tafsir. Termasuk penerapan kaedah ilmu tafsir dalam menafsirkan ayat. Untuk itu, perlu dibaca juga:
3.1 At-Tafsir Wal Mufassirun karya Prof Dr. Muh. Husain Adz-Dzahabi
3.2 Kaedah-kaedah tafsir diawal tafsir syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di (cetakan tersendiri berjudul Qowaidul Hisan).
3.3 Mukadimah (Juz1) Tafsir Mahasirut Ta’wil karya Muh. Jamaludin Al-Qosimi.
4. Misalnya dengan membaca At-Tafsir Ql Mufasirun, kita bisa mengetahui riwayat hidup ulama tafsir, karyanya, metode penafsirannya, kelebihan, kekurangan, dan catatan lainnya terhadap tafsir dari berbagai corak madzhab (Ahlus Sunnah, Syiah, Khawarij, Mu’tazilah, Bathiniyah, Sufi, dan Modern) dan gaya (bil-ma’tsur, bil-ma’qul, hukum, bahasa Arab, balaghoh, ilmiah, tematik, mistik, (isyari/sufi), sosial).
5. Setelah memahami buku panduan dalam no. 1, dan membaca buku panduan no. 3, sudah bisa membaca tafsir langsung. Urutannya yang praktis adalah,
5.1 Memahami makna ayat secara global, dengan membaca At-Tafsir Al-Muyasar (Departemen Agama Arab Saudi), atau Tafsir Karimir Rohman (Syaikh Abdurrahman As-Sa’di), atau At-Tafsir Al-Wasith (Muhammad Sayid Thathowi), atau Ikhtishor tafsir Ibnu Katsir (2 jilid)
5.2 Setelah paham makna ayat secara umum, lanjutkan degan membaca tafsir bil-ma’tsur. Yang paling mudah, ringkas, dan shahih riwayatnya adalah tafsir Al-Qur’ail ‘Azhim (Ibnu Katsir), Ma’alim Bayan (Muh. Amin Asy-Syanqithi). Induk tafsir bil ma’tsur sebenarnya tafsir Jami’ul Bayan (Ath-Thobari), tapi riwayat-riwayatnya sangat panjang, perlu dipilah-pilah yang shahih-dhoif, “capek membaca dan menyeleksinya”. Untuk penulisan kajian yang mendalam, Tafsir Thobari tetap perlu yang lebih praktis dari Ath-Thobari adalah Ad-Darul Mantsur (As-Suyuthi) dan Fathul Qodir (Asy-Syaukani).
5.3 Untuk lebih memahami masalah hukum Al-Qur’an tafsir paling lengkap adalah Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an (Al-Qurthubi) dan Adhwaul Bayan (Asy-Syangqithi). Keduanya juga membahas aspek qiro’at, ikhtilaf ulama, dan kebahasaan. Tafsir Adhwaul Bayan banyak memuat ilmu ushul fiqih yang penting. Tafsir lainnya adalah Ahkamul Qur’an (Ibnul ‘Arabi dan Al-Jashash).
5.4 Tafsir lain yang perlu sekali dibaca adalah Ruhul Ma’ani (Al-Alusi), yang membahas aspek akhlak dan membantah Syiah dengan baik, Zadul Masir (Ibnul Jauzi) yang menyebutkan secara ringkas ikhtilaf ulama tafsir.
5.5 Untuk memahami kandungan sebuah surat secara global, baca mukadimah tiap surat dalam tafsir Al-Manar (Muh. Abduh dan Muh. Rasyid Ridho, Cuma sampai surat Yusuf), Al-Asas fi Tafsir (Said Hawa), Shofwatut Tafsir (Muh. Ali Ash-Shabuni), atau Tafsir Al-Azhar (Prof. Hamka), atau fi Zhilal (Sayid Qutb).
5.6 Untuk memahami tata bahasa dan keindahan bahasa Al-Qur’an, baca Al-Kasyaf. (Az-Zamakhasyari, madzhab Mu’tazilah), Ruhul Ma’ani (Ahlus Sunnah), Tafsir Al-Baidhawi (Ahlus Sunnah/ Asyariyah), atau Shofwatut Tafsir (Asy’ariyah). Secara umum, tafsir Al-Qurthubi, Ibnu Katsir, dan lain-lain juga pendapat yang menakwilkan asma’ wa shifat dengan mengatasnamakan majaz dan balaghah yang banyak dijumpai dalam Shof watut Tafasir, Al-Kasyaf, dan seterusnya.
5.7 Terkadang tafsir Ahlus Sunnah pun menta’wil asma’ dan sifat Allah maka pendapatnya tetap harus kita tolak, misalnya tafsir Asy Sayukani dan Al-Qurthubi saat menafsirkan surat Al-Fatihah.
5.8 Berhati-hati dari cerita-cerita Israiliyat, baik dalam tafsir bel ma’tsur maupun bil ma’qul. Apalagi tafsir yang bercirikan kisah seperti tafsir Al-Khazin. Tafsir An-Nasafi, dan seterusnya. Tafsir Ibnu Katsir pun ada cerita Israiliyanya, meski sangat sedikit sekali.
Secara umum, tafsir yang baik dari sisi aqidah, hukum, bahasa, dan riwayat adalah:
1. Tafsir Ibnu Katsir, meski harus meringkas sanad yang bertele-tele dan memilah yang shahih dari yang lemah (ringkasan yang paling diterima adalah karya Muhammad Nasib Ar-Rifai (Tafsir ‘Aliyil Qodir, 4 jilid) dan Ahmad Muhmammad Syakr (Umdatut Tafsir). Ada 2 lagi ringkasan yang sangat baik, “tapi lupa pengarangnya!!. Kalau judulnya tidak salah”: Ikhtishar Tafsir Ibni Katsir (2 jilid) dan At-Tafsir Al-Munir atau Al-Misbah Al-Munir (1 jilid).
2. Tafsir As-Sa’adi. Kelemahannya jarang ada hadits-hadits, apalagi pendapat ulama salaf.
3. Tafsir Asy-Syanqithi, sangat baik, Cuma kelemahannya tidak semua ayat ditafsirkan, dan kental nuansa tafsir hukum.
4. Mahasirut Ta’wil. Sangat baik, banyak haditsnya, juga kutipan-kutipan panjang dari Ibnu Taimiyah, Ibnu Qoyim, dan lain-lain. Kelemahannya bila berbicara tentang teori-teori ilmiah modern untuk menafsirkan sebagian ayat ilmiah.
- Membaca tafsir secara tertib dari juz 1 sampai juz 30 adalah sangat baik, setidaknya dengan tafsir yang ringkas seperti tafsir muyasar, tafsir as-sa’di, atau tafsir jalalain. Lebih baik lagi dengan tafsir Ibnu Katsir atau mukhtasarnya. Apabaila tidak ada kesempatan, sebaiknya dibuat jadual, misalnya seminggu sekali.
- Makin sering menelaah berbagai buku tafsir, kita akan memperoleh wawasan yang luas di bidang tafsir, hadits, hukum, bahasa, budaya, dan lain-lain.
- Selamat Mencoba…….!!!!!
Ref
No comments:
Post a Comment