Friday, 18 July 2025

Masa itu

Masa Itu

Angin petang menyapa wajah Arif, lembut dan dingin, seperti sebuah kenangan yang hampir dilupakan. Duduk di bangku taman, dia memandang langit jingga yang mulai menua. Di tangannya ada sebuah buku catatan usang, tulisannya yang dulu kemas kini sudah pudar dimakan waktu.

"Jika aku punya masa..." katanya perlahan.

Dulu, Arif sering berbisik pada dirinya sendiri tentang masa. Dia selalu merasa tidak cukup. Tidak cukup masa untuk belajar, untuk mengenal hidup yang sebenarnya. Waktu berlalu seperti bayang-bayang, dan dia hanya mengejarnya tanpa benar-benar menyentuh.

Andai dulu dia lebih berani, dia pasti sudah mengembara. Menjejak kaki ke tanah asing, memandang mata manusia lain yang punya kisah berbeza. Dia ingin menyelami budaya, memahami budi, bukan sekadar membaca di layar telefon.

Tapi kini, perlahan dia mulai mengubah takdirnya.

Dia menulis. Bukan untuk terkenal, tapi kerana ingin bersuara bagi mereka yang terlalu lemah untuk berkata-kata. Kisah tentang seorang anak yang kehilangan ayahnya di medan perang. Tentang gadis yang menggenggam harapan di tengah kemiskinan. Tentang cinta yang tidak pernah sampai, tapi tetap setia menunggu.

Arif juga mula membantu. Kadang hanya dengan mendengar. Kadang dengan sekotak nasi dan senyuman. Atau sekadar bertanya, “Apa khabar hari ini?”

Dia tahu dia tidak akan bisa menggenggam seluruh dunia, tapi dia juga tahu satu perkara — hidup ini terlalu berharga untuk dibiar begitu sahaja.

Hari ini, Arif tidak lagi berkata, “Jika aku punya masa.”
Kini dia berkata, “Aku sedang menggunakan masa yang aku ada.”

Dan itu cukup baginya.


No comments:

Post a Comment